Harga kertas koran terbaru terus meroket ke level harga yg menggelisahkan. Harga kertas koran standar keluaran PT Aspex Kumbong yang mengalami kenaikan rata-rata 13,5% atau sebesar USD 95/metrik ton (MT), dari USD 705/MT menjadi USD 800/MT pada 1 April 2008 lalu, kini mulai berdampak pada para penerbit suratkabar di Indonesia
Lalu apa dampak kenaikan harga kertas koran di Indonesia...?!?
Total kebutuhan kertas koran untuk para penerbit pers di dalam negeri saat ini diperkirakan rata-rata 17 ribu ton per bulan. Sisa dari pemenuhan kebutuhan domestik itu dipasok oleh PT Adiprima Surya Printa, PT Tulung Agung, dan PT Gede Karang.
Kelangkaan kertas koran memang tak bisa dielakkan saat ini, akibat semakin langkanya pula bahan baku produksi. Wasting paper (kertas bekas) yang biasanya menjadi bahan baku kertas koran, kini semakin sulit didapat. Jika pun ada harganya juga makin menguat. Sementara itu, akibat gencarnya kampanye green environment dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan pohon pinus bagi bahan baku pulp (bubur kertas) semakin dibatasi. Sungguh dilematis, memang.
Bahkan, harga pulp untuk kertas tissu maupun HVS juga meningkat pesat. Sebagai leading market dalam industri kertas koran, posisi Aspex Kumbong memang menjadi penguasa pasar. ”Ketika nilai tukar dollar menguat, mereka cenderung mengekspor kertas ke luar. Sementara saat nilai tukar dollar melorot, kami para penerbit dirayu-rayu agar mau menggunakan produk kertas Aspex,” ujar Lulu Terianto, Presiden Direktur Harian Bisnis Indonesia.
Dibandingkan produsen kertas (pabrik kertas) domestik yang lain, produksi kertas koran keluaran Aspex memang lebih tinggi kualitasnya. ”Bagaimana pun kita harus tetap terbit, meskipun harga kertas koran mengalami gejolak yang luar biasa. Oleh sebab itu, kenaikan harga langganan dan eceran menjadi salah satu bahan pertimbangan yang strategis”.
Kelangkaan kertas koran memang tak bisa dielakkan saat ini, akibat semakin langkanya pula bahan baku produksi. Wasting paper (kertas bekas) yang biasanya menjadi bahan baku kertas koran, kini semakin sulit didapat. Jika pun ada harganya juga makin menguat. Sementara itu, akibat gencarnya kampanye green environment dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan pohon pinus bagi bahan baku pulp (bubur kertas) semakin dibatasi. Sungguh dilematis, memang.
Bahkan, harga pulp untuk kertas tissu maupun HVS juga meningkat pesat. Sebagai leading market dalam industri kertas koran, posisi Aspex Kumbong memang menjadi penguasa pasar. ”Ketika nilai tukar dollar menguat, mereka cenderung mengekspor kertas ke luar. Sementara saat nilai tukar dollar melorot, kami para penerbit dirayu-rayu agar mau menggunakan produk kertas Aspex,” ujar Lulu Terianto, Presiden Direktur Harian Bisnis Indonesia.
Dibandingkan produsen kertas (pabrik kertas) domestik yang lain, produksi kertas koran keluaran Aspex memang lebih tinggi kualitasnya. ”Bagaimana pun kita harus tetap terbit, meskipun harga kertas koran mengalami gejolak yang luar biasa. Oleh sebab itu, kenaikan harga langganan dan eceran menjadi salah satu bahan pertimbangan yang strategis”.
Tanggapan: Menurut saya pihak Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat harus melakukan studi mengenai kecenderungan terjadinya praktik monopoli dalam menentukan harga kertas koran yang dilakukan PT Aspex Kumbong, SPS Pusat juga harus mendorong agar pabrikan kertas koran lokal di luar bisa meningkatkan kapasitas produksi kertas koran mereka, untuk memenuhi kebutuhan penerbit, begitu pun dengan para penerbit koran di seluruh Indonesia untuk mempertimbangkan kenaikan harga langganan dan harga iklan.
Jadi kita semua pun harus mendukung agar kenaikan harga kertas koran ini bisa direm sekuat tenaga, supaya tidak semakin mematikan kinerja para penerbit suratkabar di Indonesia.
Jadi kita semua pun harus mendukung agar kenaikan harga kertas koran ini bisa direm sekuat tenaga, supaya tidak semakin mematikan kinerja para penerbit suratkabar di Indonesia.
0 Comments